Sumber: 'http://www.tempointeraktif.com/hg/kesehatan/2010/03/10/brk,20100310-231573,id.html'
TEMPO Interaktif, Detroit - Baru-baru ini Rumah Sakit Henry Ford Amerika Serikat dan Pusat Vitiligo Nasional Arab Saudi berhasil melakukan transplantasi kulit untuk penderita vitiligo. Penyakit ini membuat kulit kehilangan warna yang ditandai bercak putih dalam ukuran dan lokasi tertentu. "Operasi ini memberi harapan bagi pasien vitiligo," ujar dokter senior di Departemen Dermatologi RS Henry Ford, Iltefat Hamzavi.
Selama ini, kata Hamzavi, tidak ada obat untuk vitiligo. Supaya tidak berkembang penyakit ini dikendalikan dengan terapi cahaya, krim, dan obat-obatan topikal. "Transplantasi kulit lebih efektif dibanding terapi cahaya dan obat-obatan," katanya.
Kulit yang ditutup pada kulit vitiligo dikembangkan dari sel melanosit kulit sehat pasien. Sel ini menghasilkan pigmen (pewarna) di kulit, rambut dan mata. Sel ini, kata Hamzavi, disebut sel kulit campuran yang siap ditransplantasikan. Sel campuran ini ditaruh di atas kulit yang rusak dan ditutup dengan perekat khusus. Operasi transplantasi menggunakan anestesi lokal dan berlangsung selama 30 menit sampai 2 jam. Pasien, tutur Hamzavi, tidak perlu menjalani rawat inap.
Penelitian yang didanai Yayasan Shahani Michigan ini melibatkan 32 pasien vitiligo yang terdiri dari 18 pria dan 14 perempuan berusia 18-60 tahun. Mereka berasal dari etnis Kaukasia, Asia Selatan, dan Hispanik Afrika-Amerika (keturunan Amerika Latin-Afrika-Amerika). Menurut Hamzavi setelah enam bulan 23 pasien mengalami perbaikan 52 persen, dan 8 pasien jenis vitiligo tertentu, warna kulitnya membaik 74 persen dibanding warna kulit alami.
Transplantasi kulit, lanjut Hamzavi, telah berhasil dilakukan di daerah tangan, lengan kaki, kaki, wajah dan perut. Luas rata-rata daerah yang dirawat 46 cm2 atau seukuran kartu kredit. Operasi ini telah dilakukan di Eropa, Asia terutama Timur Tengah. SCIENCE DAILY AKBAR TRI KURNIAWAN