Sunday, May 03, 2009

Aktivitas Fisik Membantu Mencegah Aterosklerosis

Sumber: http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0306/19/iptek/378701.htm

Jakarta, Kompas - Aktivitas fisik berupa olahraga, kegiatan harian bahkan menari yang dilakukan secara rutin bermanfaat untuk mencegah aterosklerosis (timbunan lemak di dinding pembuluh darah). Hal itu terbukti dari autopsi juara maraton Boston tujuh kali, Clarence deMar, yang menunjukkan ukuran pembuluh darah koronernya dua sampai tiga kali ukuran normal serta tak ditemukan adanya stenosis (penyempitan pembuluh darah) yang signifikan meski meninggal dalam usia 69 tahun.

Kaitan aktivitas fisik dengan pencegahan penyakit jantung koroner akibat aterosklerosis dibahas Dr dr Dede Kusmana SpJP(K) (60), dalam pidato pada upacara pengukuhan sebagai Guru Besar Tetap dalam Ilmu Kardiologi pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rabu (18/6).

Menurut Dede yang juga Ketua Bagian Kardiologi FKUI, aktivitas fisik terutama aerobik meningkatkan aliran darah yang bersifat gelombang yang mendorong peningkatan produksi nitrit oksida (NO) serta merangsang pembentukan dan pelepasan endothelial derive relaxing factor (EDRF), yang merelaksasi dan melebarkan pembuluh darah.

Aliran darah koroner dalam keadaan istirahat sekitar 200 ml per menit (empat persen dari total curah jantung). Penelitian di laboratorium menunjukkan, peningkatan aliran darah 4 ml per menit sudah mampu menghasilkan NO untuk merangsang perbaikan fungsi endotel (lapisan dinding) pembuluh darah.

"Karena itu, aktivitas fisik sedang berupa senam atau jalan kaki yang meningkatkan aliran darah menjadi 350 ml per menit (naik 150 ml per menit) sudah lebih dari cukup untuk menghindarkan endotel pembuluh darah dari proses aterosklerosis," ujar Dede.

Namun, manfaat itu baru bisa didapat jika peningkatan aliran darah lewat aktivitas fisik berlangsung secara teratur dalam waktu cukup lama (20 menit sampai satu jam) serta dilakukan secara teratur seumur hidup.

Mekanisme aterosklerosis

Dede menjelaskan, aterosklerosis berawal dari penumpukan kolesterol terutama ester kolesterol-LDL (lipoprotein densitas rendah) di dinding arteri. LDL secara normal bisa masuk dan keluar dari dinding arteri lewat endotel. Masuknya lipoprotein ke lapisan dalam dinding pembuluh darah meningkat seiring tingginya jumlah lipoprotein dalam plasma (hiperlipidemia), ukuran lipoprotein dan tekanan darah (hipertensi). Peningkatan semua itu akan meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah, sehingga lipoprotein dan ester kolesterol mengendap di dinding arteri.

Gangguan fungsi lapisan dinding pembuluh darah ini menjadi awal proses aterosklerosis dan mendorong mekanisme inflamasi serta infeksi.

Inflamasi atau peradangan merupakan respons dasar tubuh terhadap injury (luka). Luka umumnya disebabkan oleh infeksi, tapi bisa juga sebagai reaksi alergi maupun imunologis.
Manifestasi klinik dari proses aterosklerosis kompleks adalah penyakit jantung koroner, stroke bahkan kematian.

Menurut Studi Framingham, demikian Dede, C-reactive protein (CRP) merupakan pertanda (marker) inflamasi yang berhubungan dengan kejadian kardiovaskular maupun stroke.
Upaya menekan faktor inflamasi dapat mencegah proses aterosklerosis. Aktivitas fisik yang teratur terbukti mampu menekan CRP, berarti pula menekan faktor inflamasi.

Karena itu, bergerak atau melakukan aktivitas fisik secara teratur merupakan konsep awal upaya pencegahan penyakit kardiovaskular dan upaya rasional bagi penderita gangguan kardiovaskular dalam rehabilitasi jantung.

Latihan daya tahan dikombinasikan dengan latihan beban selama empat bulan terbukti menurunkan kadar TNF alpha (salah satu jenis sitokin inflamasi) secara bermakna pada penderita gagal jantung maupun penyakit jantung koroner.

Jenis aktivitas

Pada orang sehat, prevalensi hipertensi, hiperlipidemia, serta iskemia (kondisi kekurangan darah dalam jaringan) lebih rendah pada orang yang aktivitas fisiknya lebih berat dan teratur dibanding yang tidak teratur maupun yang tidak berolahraga.

Boleh disimpulkan, aktivitas fisik teratur mempunyai daya proteksi terhadap kematian kardiovaskular serta penyakit lain akibat gaya hidup (non communicable disease).

Tidak perlu olahraga yang sulit dan mahal. Jalan kaki enam kilometer per jam, senam aerobik beban sedang, menari sudah memadai untuk menjaga kesehatan jantung. Demikian pula kegiatan setara seperti naik tangga dua tingkat, membawa barang 10 kilogram, mencangkul, atau berkebun.

"Aktivitas apa pun asal mampu meningkatkan denyut jantung antara 110-130 per menit, berkeringat dan disertai peningkatan frekuensi napas namun tidak sampai terengah- engah sudah cukup baik untuk mencegah penyakit jantung dan stroke," urai Dede. (ATK)

Propolis vs Kanker Payudara

Propolis vs Kanker Darah

Gudang Propolis