Sumber: http://www.solusisehat.net/berita.php?id=1022
Suka makan jengkol bisa membuat masalah pada ginjal. Konsumsi obat pelangsing, obat pereda nyeri, steroid, atau antibiotika tanpa pengawasan dokter juga memberi efek yang sama. Bahkan, pemakaian cat rambut atau pemutih juga bisa berdampak pada organ ginjal Anda.
Ada sejumlah perilaku atau kebiasaan keliru yang berimbas pada kesehatan ginjal. Banyak hal yang dilakoni, tanpa disadari, telah membuat ginjal merana. Bagaimana semua itu bisa merusak ginjal?
Karena jengkol
Jangan anggap remeh makanan yang sering dijadikan lalap, semur, atau rendang itu. Menurut Prof. Rully MA Roesli, Sp.PD-KGH, ada orang yang harus cuci darah gara-gara makan jengkol.
"Jengkol mengandung kristal atau jengkolic acid. Asam jengkol ini yang jadi kristal dan kemudian menyumbat saluran kencing," kata konsultan ginjal hipertensi dari klinik spesialis penyakit dalam dan saraf Perisai Husada, Bandung ini.
Saluran kencing yang tertutup membuat sampah atau racun tidak dibuang. Akibatnya bisa timbul infeksi saluran kemih.
Bila tidak ditangani, kondisi demikian akan merambat ke organ ginjal. Karena itu, seperti dituturkan Prof. Rully, ada yang hanya beberapa kali mengonsumsi jengkol, malah gagal ginjal.
"Gagal ginjalnya sih masih akut. Masalahnya pada gagal ginjal akut ini diperlukan cuci darah, walaupun tidak terus-terusan. Kalau gagal ginjal akutnya sudah tertangani, tidak memerlukan cuci darah lagi," ungkap guru besar kedokteran dari Universitas Padjadjaran, Bandung ini.
Waspada obat pelangsing
Tindakan mengonsumsi obat pelangsing demi menurunkan berat badan juga perlu diwaspadai. Menurut Prof. Dr. Walujo Soerjodibroto, Ph.D, konsumsi obat pelangsing yang tidak benar turut menyumbang kejadian gagal ginjal. Pasalnya, banyak obat atau cara-cara pelangsingan keliru yang membuat pasien mengalami pengurangan dalam jumlah besar cairan di dalam tubuh.
Di samping itu, seringkali terjadi pasien menaikkan sendiri dosis, dengan asumsi bahwa semakin tinggi dosisnya, akan semakin cepat menjadi langsing. Berat badan boleh jadi turun akibat diare atau dehidrasi karena kencing berlebihan, tetapi fungsi ginjal menjadi terganggu.
"Obat pelangsing yang bersifat diuretik ikut mendorong kerusakan ginjal. Diuretik membuat cairan tubuh dikuras terus. Kalau sampai dehidrasi, ya bisa sakit ginjal," ujar Prof. Rully.
Hati-hati obat amfetamin
Ada pula obat-obatan seperti amfetamin yang bisa memberi pengaruh buruk pada ginjal. Obat jenis ini membuat orang sulit tidur. Akibatnya pembakaran energi berjalan terus. Amfetamin itu dapat menyempitkan pembuluh darah.
"Darah yang bergerak ke ginjal akan berkurang. Pada akhirnya ginjai kekurangan asupan makanan," papar Prof. Rully.
Karenanya, obat jenis ini sangat dilarang pemakaiannya.
Gampang minum obat
Tak hanya obat untuk pelangsing atau amfetamin saja yang bisa merusak fungsi ginjal. Penggunaan obat pereda nyeri, antibiotika, atau steroid secara terus-menerus dalam jumlah berlebih dalam beberapa bulan dapat menyebabkan sakit ginjal.
Hobi herbal sembarangan
Begitu juga dengan obat maupun suplemen herbal, bikinan dalam negeri maupun impor, ternyata memiliki risiko merusak ginjal. "Kita tidak tahu isi atau kandungannya apa," ucap Prof. Rully.
Sebaiknya kita menolak suplemen dan obat herbal yang manjur dan cespleng karena berarti tidak murni herbal, tetapi ada kandungan kimia obat yang dosisnya tidak terkontrol. Jika harus meminumnya, pilih obat atau suplemen herbal yang telah mendapat izin dari FDA dan BPOM.
Awas pemutih dan cat rambut
Penggunaan pemutih kulit maupun cat rambut ternyata juga dapat menimbulkan dampak negatif pada ginjal. Setidaknya Prof. Rully menjumpai pasien orang muda mengalami kasus gagal ginjal akut akibat hobi mengecat rambutnya. Ia harus melakukan cuci darah.
Diare jangan berlanjut
Kejadian diare yang sampai menimbulkan dehidrasi juga bisa mendorong terjadinya gangguan pada ginjal. Diare atau muntaber memang dapat membuat seseorang mengalami dehidrasi. Akan menjadi fatal, terutama bila cairan yang hilang tersebut tidak segera digantikan. Karena itu, ketika seseorang mengalami diare atau muntaber, diharuskan minum banyak cairan.
Hindari kegemukan
Penelitian di University of California San Francisco (UCSF) menunjukkan bahwa ada hubungan kuat antara kegemukan dengan timbulnya penyakit ginjal tahap akhir atau gagal ginjal. Obesitas meningkatkan risiko gagal ginjal sebanyak tujuh kali ketimbang orang dengan berat normal.
Menurut para peneliti, obesitas sebaiknya dipertimbangkan sebagai faktor risiko bagi kondisi ini, dan bahwa gagal ginjal merupakan konsekuensi lain dari kegemukan.
"Ada banyak orang dengan gagal ginjal, tetapi belum diapresiasi bahwa gagal ginjal dapat merupakan konsekuensi dari obesitas," kata Chi yuan Hsu, MD, asisten profesor s UCSF.
Penelitian yang dipublikasikan dalam Annals of Internal Medicine didasarkan pada data dari 320 ribu anggota Northern California Kaiser yang tinggi dan beratnya diukur selama pemeriksaan rutin antara 1964-1985. Total 1.471 kasus penyakit ginjal tahap akhir terjadi di antara partisipan penelitian, selama rata-rata periode lanjutan sekitar 26 tahun.
Mereka menjumpai bahwa indeks massa tubuh (IMT) lebih tinggi berisiko lebih tinggi pula mengalami gagal ginjal. Dari para responden, 58 persen memiliki berat badan normal dan 39 persen memiliki IMT 25 atau lebih.
Risiko gagal ginjal di antara partisipan dengan kelebihan berat badan 1,87 kali daripada berat badan normal. Semakin gemuk, dengan IMT 40 atau lebih, risikonya tujuh kali mengalami gagal ginjal.
Bagaimanapun, lebih baik dan lebih sehat jika langsing daripada gendut, bukan?