Sumber: 'http://kesehatan.kompas.com/read/2010/07/02/15163650/Tes.PSA.Tekan.Risiko.Kematian.Kanker.Prostat'
Kompas.com - Langkah pertama dalam mendiagnosis kanker prostat adalah dengan pemeriksaan prostate-specific antigen lewat pemeriksaan darah. Namun, penggunaan tes PSA sebagai alat uji pemindaian kanker prostat masih kontroversial. Tes ini tidak selalu dapat membedakan kanker dengan penyakit lain. Akibatnya, ada orang yang tidak menderita kanker harus mendapat tes lanjutan.
Di tengah perdebatan mengenai perlu tidaknya pemeriksaan PSA pada pria usia di atas 50 tahun, kelompok paling beresiko kanker prostat, para peneliti dari Swedia menyatakan bahwa kekhawatiran akan terjadinya diagnosa yang berlebihan tidak terbukti.
Penelitian dilakukan pada 20.000 pria yang dibagi ke dalam dua kelompok, yakni kelompok yang mendapat skrining kanker prostat PSA dan kelompok yang tidak dites. Setelah 14 tahun, angka kematian akibat kanker prostat berkurang hingga separuhnya pada kelompok yang mendapat skrining dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal itu terjadi karena jika kanker ditemukan pada stadium dini masih besar peluangnya untuk disembuhkan.
PSA diproduksi kelenjar prostat scara alami untuk mencairkan cairan mani. Namun, sebagian kecil PSA ini ikut dalam aliran darah. Jika kadar PSA dalam darah tinggi, ini mengindikasikan adanya peradangan, pembesaran atau kanker prostat.
Bila diduga adanya kanker prostat, dokter akan menganjurkan pemeriksaan ultrasonografi dan biopsi jarum untuk pengambilan jaringan. Sebagian dokter menganjurkan pemeriksaan PSA karena tes ini merupakan satu-satunya alat yang dapat menemukan kanker kelenjar prostat sedini mungkin.
Kompas.com - Langkah pertama dalam mendiagnosis kanker prostat adalah dengan pemeriksaan prostate-specific antigen lewat pemeriksaan darah. Namun, penggunaan tes PSA sebagai alat uji pemindaian kanker prostat masih kontroversial. Tes ini tidak selalu dapat membedakan kanker dengan penyakit lain. Akibatnya, ada orang yang tidak menderita kanker harus mendapat tes lanjutan.
Di tengah perdebatan mengenai perlu tidaknya pemeriksaan PSA pada pria usia di atas 50 tahun, kelompok paling beresiko kanker prostat, para peneliti dari Swedia menyatakan bahwa kekhawatiran akan terjadinya diagnosa yang berlebihan tidak terbukti.
Penelitian dilakukan pada 20.000 pria yang dibagi ke dalam dua kelompok, yakni kelompok yang mendapat skrining kanker prostat PSA dan kelompok yang tidak dites. Setelah 14 tahun, angka kematian akibat kanker prostat berkurang hingga separuhnya pada kelompok yang mendapat skrining dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal itu terjadi karena jika kanker ditemukan pada stadium dini masih besar peluangnya untuk disembuhkan.
PSA diproduksi kelenjar prostat scara alami untuk mencairkan cairan mani. Namun, sebagian kecil PSA ini ikut dalam aliran darah. Jika kadar PSA dalam darah tinggi, ini mengindikasikan adanya peradangan, pembesaran atau kanker prostat.
Bila diduga adanya kanker prostat, dokter akan menganjurkan pemeriksaan ultrasonografi dan biopsi jarum untuk pengambilan jaringan. Sebagian dokter menganjurkan pemeriksaan PSA karena tes ini merupakan satu-satunya alat yang dapat menemukan kanker kelenjar prostat sedini mungkin.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.