SEMARANG, KOMPAS.com - Orangtua harus mewaspadai hipertensi atau tekanan darah tinggi yang terjadi pada anak sesegera mungkin. Hipertensi pada anak biasanya merupakan gejala dari penyakit yang sesungguhnya diderita oleh anak.
"Hipertensi bahkan dapat menyerang bayi. Angka hipertensi pada anak-anak semakin meningkat dari 1-3 persen dari populasi anak menjadi 10 persen," ungkap dokter spesialis anak konsultan penyakit ginjal anak Rumah Sakit Telogorejo Semarang, Rochmanadji Widajat di Kota Semarang, Sabtu (10/10).
Rochmanadi mengatakan, pada anak, biasanya hipertensi disebabkan oleh penyakit ginjal, syaraf pusat, jantung dan pembuluh darah, serta endokrin. Namun, hipertensi juga dapat tidak diketahui penyebabnya. Kasus seperti itu disebut dengan hiper tensi primer atau hipertensi esensial.
Yang berbahaya ketika penyebab hipertensi tidak diketahui. Karena itu, orangtua harus senantiasa waspada dengan mengukur tekanan darah anaknya secara rutin.
Sebelum kejadian hipertensi tidak setinggi saat ini, orangtua biasanya sangat jarang mengukur tekanan darah anaknya. Sebab, hipertensi identik dengan orang dewasa, terutama mereka yang kelebihan berat badan, serta orangtua.
Anak-anak yang menderita hipertensi ringan, tidak dijumpai adanya penyakit lain. Namun, pada anak-anak yang dirawat di RS dijumpai beberapa penyakit sistemik yang menyertai hipertensi. Penyakit-penyakit itu antara lain penyakit ginjal akut, penyakit ginjal kronik, tumor dan infeksi berat (penyakit syaraf pusat), penyempitan pembuluh darah, serta diabetes mellitus.
Semakin muda usia anak, Rochmanadi mengatakan, semakin besar kemungkinan penyakit-penyakit sistemik itu diderita oleh anak yang mengalami hipertensi. Tetapi anak yang sudah berusia lebih tua, biasanya hipertensi yang diderita disebabk an oleh pola makan dan gaya hidup.
"Pada bayi, gejala hipertensi biasanya rewel berkepanjangan. Sedangkan pada anak besar, gejala hipertensi antara lain sakit kepala, gelisah, berdebar-debar, hingga sesak nafas," ujar Rochmanadi.
Meskipun tidak banyak, kasus hipertensi pada anak, disebutkan Rochmanadi dapat berlangsung hingga usia dewasa dan meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
Untuk itu, orangtua perlu mencegah risiko tersebut dengan mencegah anak yang sedang bertumbuh untuk tidak kelebihan berat badan (obesitas), waspada dengan anak yang sering sakit demam (dengan atau tanpa gejala lain), waspada dengan anak yang sakit perut atau sakit pinggang berulang, sakit saat buang air kecil, serta waspada ketika mata anak terlihat sembab di pagi hari.
Sunday, October 11, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.