Monday, September 28, 2009

Waspada TBC (Tuberkulosis) pada Anak Bisa Serang Otak

Sumber: http://www.sumeks.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=6179&Itemid=12

PENYAKIT Tuberkulosis (TBC) masih merupakan masalah kesehatan yang besar di Indonesia. Tidak hanya menyerang orang dewasa tapi si kecil pun bisa terkena. TBC dapat menyerang hampir semua alat-alat tubuh, yang paling sering adalah paru-paru. Meski begitu Serangan TBC terhadap anak-anak juga sangat rawan mengganggu organ tubuh selain paru-paru, terutama otak. Akibatnya, anak terganggu tumbuh kembangnya, bahkan cacat.

’’Yang dikhawatirkan utamanya justru bukan sebatas menyerang paru-paru seperti pada orang dewasa, melainkan ketika mengganggu organ lain anak,’’ujar dr Atikah SpA dari RS RK Charitas Palembang.

Pada anak, terang spesialis anak ini, TBC paru biasanya tidak menyebabkan batuk yang lama. Bayi dan anak yang menderita TBC seringkali hanya menunjukkan gejala demam ringan yang hilang timbul yang sembuh sendiri walau tidak diobati. Gejala lainnya berupa berkurangnya nafsu makan, lesu, berat badan menurun. ’’Jadi, TBC pada anak tidak menunjukkan gejala yang khas,’’jelasnya seraya menambahkan Kuman penyebab TBC yakni Mycobacterium tuberkulosis ditularkan melalui percikan dahak.

Atikah mengatakan, tuberkulosis pada anak rawan menyerang antara lain tulang, mata, dan terutama otak. Serangan TBC pada otak, misalnya, dapat menyebabkan kecacatan. Anak terancam gagal kembang, sulit bicara, tangan lemah atau cacat lain sehingga perlu penanganan fisioterapi.

’’Yang jelas bila TBC tidak segera diobati, dapat terjadi komplikasi ke selaput otak. TBC ini menyebabkan panas tinggi, kejang-kejang dan kesadaran menurun. Bila sembuh, biasanya menimbulkan gejala sisa berupa cacat seumur hidup (lumpuh, buta, dan sebagainya),’’ungkapnya.

Bila TBC menyerang kelenjar, misalnya di ketiak atau di leher, akan terjadi pembesaran kelenjar dan bila pecah akan terjadi TBC kulit (skrofuloderma). Bila kuman TBC menyerang tulang dapat terjadi TBC tulang, biasanya yang tersering adalah sendi panggul dan ruas tulang belakang, yang menyebabkan anak bongkok.

Untuk memastikan apakah anak menderita TBC tidak semudah seperti pada orang dewasa karena pada anak gejalanya sering tidak khas. Diagnosis biasanya berdasarkan atas gejala klinis, uji kulit (tes Mantoux) dan foto dada. Adanya riwayat penyakit TBC pada orang dewasa yang sering kontak dengan anak tersebut sangat membantu diagnosis.

TBC pada anak tidak menular, jadi sangat berbeda dengan TBC pada orang dewasa yang penularannya melalui percikan ludah. Bila ada anak yang menderita TBC, harus dicari sumber penularannya pada orang dewasa di sekitar anak tersebut.

Pengobatan TBC pada anak biasanya memakan waktu 6 bulan dan harus makan obat secara teratur. Selain itu TBC pada anak tidak cukup semata ditangani dengan pengobatan, tetapi perbaikan lingkungan serta peningkatan gizi sangat penting untuk memperkuat daya tahan tubuh anak. Untuk pencegahan, dilakukan imunisasi BCG pada bayi pada usia 0 – 3 bulan. (21)

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Propolis vs Kanker Payudara

Propolis vs Kanker Darah

Gudang Propolis