Sumber: Intisari
Awalnya "cuma" tampak benjolan yang sering diboncengi rasa nyeri. Tapi karena didiamkan, benjolan itu menjelma menjadi monster yang sungguh mengerikan. Dokter menyebutnya kanker tulang osteosarkoma, jika diabaikan bisa menyebabkan si penderita cacat. Lebih gawat lagi, kanker ini umumnya menyerang anak-anak dan remaja di masa pertumbuhan. Kalau mau selamat pasien harus ditangani secara cepat dan tepat.
Awalnya tumor atau "daging tumbuh" tidak terasa sakit atau mengganggu, hingga banyak orang cenderung meremehkannya. Tapi ketika mulai muncul rasa nyeri tak terperi, biasanya penderita akan panik mencari pertolongan, termasuk ke dukun pijat.
Nyeri yang dirasakan penderita osteosarkoma sepertinya memang berhubungan dengan tulang. Makanya tak heran kalau kebanyakan dari kita kemudian lari ke dukun pijat. Apalagi bila pada lokasi nyeri pernah terjadi kecelakaan kecil atau terkilir ketika berolahraga. Penderita mengira keseleonya kambuh lagi dan minta dipijat.
Selama beberapa waktu, mungkin keluhan akan hialng, tapi tiba-tiba rasa sakit itu bertambah parah dan terjadi pembengkakan. Ada rasa panas yang menjalar dari kulit ke tulang. Bagian tubuh yang terkena juga semakin terasa sulit digerakkan. Misalnya terjadi di kaki sehingga jalan akan pincang. Nah, jika semua gejala-gejala tadi muncul, jangan tunda lagi berobat ke spesialis ortopedi.
Usia belasan tahun
Osteosarkoma, kependekan dari osteogenik sarkoma, hanyalah satu dari keluarga besar tumor dan kanker tulang yang jumlahnya puluhan. Repotnya, gejala semua penyakit itu hampir mirip-mirip. Sekarang ini diperkirakan ada 53 tumor tulang dan 21 kanker tulang. Di namakan osteo (tulang) dan sarcoma (kanker jaringan ikat) karena merupakan kondisi beberapa sarkoma yang timbul di sekitar tulang.
Jangan sepelekan benjolan di kulit atau tumor
Yang perlu diwaspadai dari osteosarkoma adalah kebanyakan menyerang anak-anak usia delapan sampai belasan tahun, meski bisa juga muncul pada usia 50-70 tahun. Anak lelaki atau perempuan peluang terkenanya sama, tapi semakin bertambah umur, risiko akan meningkat pada anak lelaki.
Sampai detik ini para ahli belum bisa menjawab apa peyebab pastinya. Diduga kecepatan pertumbuhan tulang selama masa remaja turut memberi andil, meski proses persisnya masih menjadi misteri. Situasi itu diperparah dengan faktor-faktor risiko, seperti terpapar radiasi sinar X dan adanya kelainan DNA pada tulang, yang terjadi pada kanker mata anak-anak (retinoblastoma), pertumbuhan sel tulang abnormal (displasia tulang), sindrom Li Fraumeni atau sindrom Rothmund Thomson.
Donor tulangPenanganan osteosarkoma di zaman sekarang ini sebenarnya mencatat banyak kemajuan. Jika sebelumnya operasi berarti amputasi, kini pengobatan dikombinasikan dengan kemoterapi. Memang terapi ini cukup memakan waktu yaitu tiga siklus kemoterapi (1 siklus = 3 minggu), ditambah pengobatan neo-ajuvan (pendukung) dan dilanjutkan kemoterapi kembali.
Jika terapi awal tadi masih dianggap jelek, pasien disiapkan menuju kamar bedah. Umumnya pasien tingkat II atau III akan menjalaninya. Di meja operasi, dokter punya dua pilihan, yakni menyelamatkan tulang dengan menutup jaringan rusak dengan jaringan lunak yang ada, atau amputasi.
Berkat kemajuan teknologi, sebenarnya saat ini amputasi bisa dihindari dengan cara tulang diberi protese atau donor tulang. Tumor diangkat dan bagian tualng yang rusak diganti dengan protese dari baja atau dengan donor tulang dari mayat. Cuma, di Indonesia cara ini masih kepentok masalah ketiadaan donor tulang dan juga dibutuhkan keahlian khusus dari dokter yang melakukannya.