Istilah Stevens Johnson Syndrome akhir-akhir ini memang kerap terdengar di media massa. Penyakit ini adalah penyakit yang mengakibatkan kulit terbakar hebat yang biasanya disebabkan karena efek dari hipersensitivitas terhadap obat tertentu. Meskipun nama penyakit ini sudah lama dikenal di kalangan medis, namun karena penderitanya jarang sehingga kurang diketahui masyarakat. SJS bisa terjadi karena adanya kompleks imun di dalam tubuh. Ketika terjadi ikatan antara antigen dan antibodi yang disebut sebagai kompleks imun, kompleks imun tersebut menimbulkan reaksi pada tempat dia mengendap sehingga menimbulkan kerusakan jaringan. SJS ini secara khusus melibatkan kulit dan membran mukosa atau selaput lendir.SJS sebetulnya merupakan reaksi hipersensitivitas.
Sinonim:
Ektodermosis erosiva pluriorifisialis, eritema multiformis tipe Hebra, eritema bulosa maligna, sindrom mukokutanea-okular, minor form of TEN (toxic epidermal necrolysis).
Penyebab:
- alergi obat,
- infeksi virus, bakteri, jamur,
- keganasan, seperti: kanker, limfoma dan
- idiopathic (belum diketahui penyebabnya) pada 25-50% kasus.
Penicillins, salicylates, sulfonamides, phenytoin, carbamazepine, valproic acid, lamotrigine, barbiturates, valdecoxib, cocaine, analgesic (pereda nyeri), antipyretic (pereda demam), jamu.
Gejala/Tanda:
- Dapat diawali demam,
- Tak enak badan (malaise),
- Nyeri sendi (arthralgia),
- Nyeri otot (myalgia/myodynia),
- Sakit kepala,
- Batuk berdahak.
- Kadang disertai muntah, diare.
- Proses ditandai oleh infeksi saluran nafas atas yang nonspesifik (nonspecific upper respiratory tract infection).
- Keterlibatan membran mukus dan/atau mulut menunjukkan bahwa penderita tidak dapat makan dan minum.
- Seringkali telapak tangan atau kaki melepuh.
Trias:
Dijumpai kelainan di
- kulit,
- selaput lendir orifisium (misalnya di mukosa mulut, hidung, lubang genitalia, anus), dan
- mata.
Terapi:
Belum ada obat spesifik. Kompres saline atau Burow solution untuk menutupi kulit yang terbuka. Alternatif lain untuk kulit adalah calamine lotion. Sementara ahli meresepkan cyclophosphamide, plasmapheresis, hemodialysis, ciclosporin, dan thalidomide. Lakukan pencegahan tetanus. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh dengan pemberian cairan intravena, misal: infus glukosa 5% dan Larutan Darrow. Pemilihan antibiotik tergantung infeksinya. Penggunaan systemic corticosteroids masih kontroversial karena dosis tinggi dapat meningkatkan prevalensi komplikasi, angka morbiditas dan mortalitas, sehingga banyak ahli percaya bahwa penggunaan corticosteroids merupakan kontraindikasi. Human intravenous immunoglobulin dapat digunakan untuk perawatan (treatment) dan pencegahan (prophylaxis).
Catatan:
Hati-hatilah, bila mata terkena, dapat menyebabkan kebutaan. Sesuai dengan keterlibatan sistem organ, berkonsultasi dengan ahli kulit (dermatologist), ahli bedah plastik, ahli mata (ophthalmologist), ahli sistem pencernaan (gastroenterologist), ahli paru (pulmonologist), atau ahli ginjal (nephrologist) dapat sangat membantu. Sin