Sumber : mediaindonesia.com
PENGOBATAN kanker leukemia kronik dan kanker saluran cerna membutuhkan biaya pengobatan yang tidak sedikit. Selain menggunakan obat inovatif, pasien juga harus menggunakan obat tersebut seumur hidup. Karena itu, meskipun obat ini sudah tersedia di Indonesia, pasien seringkali tidak mampu membelinya. Untuk mengatasi hal ini, Departemen Kesehatan (Depkes) bekerja sama dengan Novartis Indonesia kembali memperkenalkan program Novartis Oncology Access (NOA). NOA ini merupakan sebuah program akses pengobatan terbaru untuk memaksimalkan akses dalam hal keterjangkauan biaya dan keberlanjutan terhadap obat kanker inovatif imatinib bagi pasien yang menderita leukemia kronik dan kanker saluran cerna.
Program NOA ini merupakan perluasan dari Glivec International Assistance Program (GIPAP) yang sudah dijalankan di Indonesia sejak 2003. Bedanya, program GIPAP sebelumnya hanya ditujukan bagi pasien yang tidak mampu serta mereka yang mampu membeli penuh. Sedang NOA menyediakan akses baik bagi pasien yang mampu memberikan kontribusi sebagian dari seluruh pembiayaan imatinib maupun pada mereka yang betul-betul tidak mampu untuk menanggung pembiayaan penuh.
"Meskipun ada NOA, program GIPAP akan tetap berlanjut," ujar dr. Hj. Ulfana Umar, MARS, ketua bidang pelayanan sosial Yayasan Kanker Indonesia dalam acara peluncuran NOA di Jakarta, Selasa (30/6). Menurut Ulfana, Di Indonesia sudah ada 305 pasien yang masuk dalam GIPAP dengan 205 diantaranya bertahan hidup."Ditargetkan ada 1000 pasien kanker yang bisa dilayani sampai akhir Desember 2010."
Pasien-pasien yang terdiagnosa mengidap kedua jenis kanker tersebut, selanjutnya akan dirujuk oleh dokter untuk mendaptakn akses NOA. Pasien-pasien ini, terang Head of Oncology Novartis Asia Pasific Region John Ketchum, akan disurvei oleh PT Survindo, penilai eksternal independen yang ditunjuk untuk menentukan pembiayaan tahunan imatinib yang mampu diberikan pasien.
Penilaian dibuat berdasarkan kriteria yang mengacu pada panduan World Health Organization (WHO)."Pasien akan didaftarkan dalam program donasi penuh atau pembiayaan sebagian berdasarkan status keuangan mereka," terang Ketchum. Sisa biaya pengobatan dari pasien yang tidak mendapatkan donasi penuh, menurut Ketchum, akan dibayar oleh Novartis.
NOA ini, lanjut Ketchum, telah dibuka di 14 titik di Indonesia, 6 untuk leukemia kronik dan 8 untuk kanker saluran cerna. Pusat NOA sudah tersedia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, RS Kanker Dharmais, Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, RS Kariadi Semarang, RS Sardjito Yogyakarta dan RS Soetomo Surabaya. Sedang pusat NOA untuk kanker saluran cerna sudah dibuka di RSCM Jakarta, RS kanker Dharmais, RSHS, RS Kariadi, RS Sardjito, RS Soetomo, RS Sanglah Denpasar, dan RS Wahidin Makassar.
Program NOA ini, terang Ulfana, menerapkan subsidi silang yang diharapkan akan sangat membantu pasien-pasien di Indonesia."Saya sangat setuju dengan program ini karena tidak mungkin semua pasien yang ekonominya beda diperlakukan sama."