Sumber: http://www.klikdokter.com/article/detail/844
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh John Hopkins Children’s Investigators ditemukan bahwa ibu dari anak yang menderita autisme memiliki antibodi yang dapat menyebabkan gangguan pada janin ketika di kandungan. Antibodi tersebut dapat melewati plasenta dan menyebabkan perubahan yang mengarah ke autisme. Penelitian lain di Sacramento, California oleh Davis MIND Institute and Center for Children's Environmental Health juga menemukan bahwa antibody di tubuh ibu hamil berikatan dengan sel otak janin, yang kemungkinan besar mengganggu perkembangan otak yang dapat berdampak menjadi autisme.
Autisme sendiri adalah suatu kelainan dengan masalah utama berada di otak dan ditandai dengan gangguan interaksi sosial, gangguan komunikasi dan perilaku berulang, dan 90% penderita tidak diketahui penyebabnya. Genetik, metabolisme, dan faktor lingkungan diperkirakan berhubungan dengan penyebab autisme. Penelitian ini diawali dari didapatkannya suatu kadar antibodi yang tidak biasa pada anak –anak yang menderita autisme dan dari jaringan otak postmortem (sudah meninggal) yang memberikan gambaran kelainan imunitas (kekebalan tubuh) pada area otak. Antibodi adalah protein di dalam tubuh yang berespon terhadap virus dan bakteri atau terkadang pada beberapa kasus kelainan autoimun, antibodi tersebut dapat menyerang sel tubuh sendiri.
Mayoritas dari anak autisme tidak memiliki penyakit autoimun sehingga pertanyaan yang perlu dijawab adalah apakah antibodi yang ditemukan disini merupakan antibodi yang diberikan oleh ibu ketika dalam kandungan yang dapat mengganggu otak janin secara langsung.
Untuk mencoba hipotesis mereka (John Hopkins), maka tim peneliti menggunakan teknik yang dinamakan imunoblotting (teknologi Western Blot) dimana antibodi yang diturunkan dari sampel darah dipaparkan ke jaringan otak dewasa dan janin untuk mengkonfirmasi apakah antibodi tersebut dikenali dan bereaksi dengan protein otak yang spesifik.
Membandingkan interaksi antibodi dan otak pada sampel dari 100 ibu dengan anak autisme dan 100 ibu dengan anak tanpa autisme. Peneliti menemukan suatu reaktivitas yang lebih besar sekitar 40% dari ibu dengan anak autisme. Lebih jauh lagi, keberadaan dari antibodi ibu berkaitan dengan penurunan perkembangan dari anak yang merupakan salah satu tanda dari autisme.
Meskipun penelitian menemukan adanya kaitan antara autisme dengan antibodi pada otak janin, namun penelitian lebih lanjut tetap diperlukan untuk mengkonfirmasi apakan antibodi tersebut dapat melewati plasenta dan menyebabkan kerusakan otak janin.
Fakta dimana wanita hamil dengan antibodi dapat menyebabkan kerusakan otak janin, tidak berarti bahwa wanita tersebut akan selalu memiliki anak dengan kelainan autisme. Autisme sendiri merupakan kondisi kompleks yang disebabkan interaksi antara faktor genetik, imunitas, dan faktor lingkungan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.